Kamis, 25 April 2013

Kekayaan




   Sahabat yang mulai kelelahan hidup, pagi bangun, berangkat ke kantor,pulang malam dalam kelelahan, serta amat jarang bisa merasakan sinar matahari dikulit, kemudian bertanya: untuk apa hidup ini? Ada juga orang tua yang sudah benar-benar lelah mengungsi (kecil mengungsi di rumah orang tua, dewasa mengungsi kelembaga pernikahan, tua mengungsi di rumah sakit), dan juga bertanya serupa.Objek sekaligus subjek yang dikejar dalam hidup memang bermacam-macam. Adayang mencari kekayaan, ada yang mengejar keterkenalan, ada yang lapar dengankekaguman orang, ada yang demikian seriusnya di jalan-jalan spiritual sampaimengorbankan hampir segala-galanya. Dan tentu saja sudah menjadi hak masing-masing orang untuk memilih jalur bagi diri sendiri.Namun yang paling banyak mendapat pengikut adalah mereka yang berjalan atauberlari memburu kekayaan (luar maupun dalam). Pedagang, pengusaha, pegawai,pejabat, petani, tentara, supir, penekun spiritual sampai dengan tukang sapu, tidaksedikit kepalanya yang diisi oleh gambar-gambar hidup agar cepat kaya. Sebagian bahkan mengambil jalan-jalan pintas.Yang jelas, pilihan menjadi kaya tentu sebuah pilihan yang bisa dimengerti.Terutama dengan kaya materi manusia bisa melakukan lebih banyak hal. Dengankekayaan di dalam, manusia bisa berjalan lebih jauh di jalan-jalan kehidupan. Dansoal jalur mana untuk menjadi kaya yang akan ditempuh, pilihan yang tersediamemang amat melimpah. Dari jualan asuransi, ikut MLM, memimpin perusahaan, jadi pengusaha, sampai dengan jadi pejabat tinggi. Namun, salah seorang orangbijak dari timur pernah menganjurkan sebuah jalan: contentment is the greatestwealth.Tentu agak unik kedengarannya. Terutama di zaman yang serba penuh denganhiruk pikuk pencarian keluar. Menyebut cukup sebagai kekayaan manusia terbesar,tentu bisa dikira dan dituduh miring.Ada yang mengira menganjurkan kemalasan, ada yang menuduh sebagaiantikemajuan. Dan tentu saja tidak dilarang untuk berpikir seperti ini. Cuma, bagisetiap pejalan kehidupan yang sudah mencoba serta berjalan jauh di jalur-jalur "cukup", segera akan mengerti, memang merasa cukuplah kekayaan manusia yangterbesar. Bukan merasa cukup kemudian berhenti berusaha dan bekerja.Sekali lagi bukan. Terutama karena hidup serta alam memang berputar melaluihukum-hukum kerja. Sekaligus memberikan pilihan mengagumkan, bekerja danlakukan tugas masing-masing sebaik-baiknya, namun terimalah hasilnya denganrasa cukup.Dan ada yang berbeda jauh di dalam sini, ketika tugas dan kerja keras sudah dipeluk dengan perasaan cukup. Tugasnya berjalan, kerja kerasnya juga berputar. Namunrasa syukurnya mengagumkan. Sekaligus membukakan pintu bagi perjalanankehidupan yang penuh kemesraan. this basic wisdom of Shambala is that in this world, as it is, we can find a good andmeaningful human life that will also serve others. That is our richness
. Itulah kekayaan yangmengagumkan, bahwa dalam hidup yang sebagaimana adanya (bukan yangseharusnya) kita bisa menemukan kehidupan berguna sekaligus pelayananbermakna buat pihak lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar