Pelayanan Sejati
Suatu ketika
ada orang yang marah-marah dan mengumpat dengan kata-kata yang sangat kasar.
Mengapa orang tersebut marah besar? Ternyata gara-gara menunggu terlalu lama di
depan kasir. Orang tersebut ingin dilayani dengan cepat karena masih ada acara
arisan. Apa sikap kita jika berada dalam kondisi seperti itu? Pertanyaan ini
hanya untuk perenungan bagi kita dan kemudian melangkah ke arah yang lebih
baik. Umumnya orang ingin mendapatkan pelayanan yang terbaik dan ketika
pelayanannya tidak memuaskan maka yang muncul adalah rasa kecewa, sedih, marah,
bahkan benci. Mengapa mereka ingin dilayani? Mereka berpikir bahwa dilayani
dengan baik adalah kepuasan tersendiri. Ada juga yang beranggapan bahwa dengan
dilayani adalah surga dunia. Akhirnya kata, “dilayani” melekat
pada diri seseorang. Pernahkah kita berpikir untuk melayani banyak orang?
Pernahkah kita berpikir bahwa “melayani‘ adalah kebajikan. Sebuah kata yang
singkat dan sederhana tetapi banyak terlupakan karena sifat manja manusia. Sifat manja yang akhirnya membuat manusia
ingin selalu dilayani. Marilah kita merenungkan kata-kata yang singkat dan
sederhana ini. Termasuk manakah kita? Manusia yang suka dilayani atau yang suka
melayani.
Setelah kita merenung, berusahalah
untuk bertekadmenjadi orang yang mau melayani bagi semua orang, bahkan semua
makhluk. Pernah suatu ketika ada yang
bertanya, ’Apakah kita tidak menjadi rendah atau hina kalau kita
melayani?’ Pelayanan selalu diletakkan di tingkat yang rendah sehingga kita
enggan untuk melayani dan selalu ingin menjadi orang yang dilayani. Pelayanan
yang dimaksud di sini adalah mengandung misi kebajikan. Apa yang kita berikan
kepada mereka yang membutuhkan adalah bentuk dari pelayanan. Sebenarnya kalau
kita kembali kepada Dharma, pelayanan adalah bentuk dari cinta kasih dan welas
asih, atau dalam bahasa Budha dikenal dengan metta dan karunĂ¢. Ajaran yang
sangat luhur dan sangat baik untuk kita praktikkan dalam kehidupan sehari-hari.
Sering kita mengucapkan semoga semua
makhluk berbahagia. Apakah yang kita ucapkan itu benar-benar tumbuh dari
pikiran yang tulus dan jernih? Atau hanya sekadar mengucapkan karena sudah
menjadi kebiasaan? Apakah apa yang kita ucapkan itu sudah kita realisasikan
dalam kehidupan kita? Kembali pertanyaan
ini untuk kita renungkan bersama. Pelayanan bukan hanya sekadar memberi materi
kepada orang lain, tetapi juga dalam bentuk non materi. Ketika ada orang yang kelaparan, tentunya
kita bisa memberikan makanan kepada orang tersebut. Ketika ada orang bertamu ke
rumah kemudian kita sambut dengan baik dan ramah, itu juga bentuk dari
pelayanan. Ketika ada umat lain datang ke tempat suci kita dan kemudian kita sapa dan kita sambut dengan
penuh keramahan, ini juga bentuk dari pelayanan. Banyak yang bisa kita lakukan
untuk pelayanan, misalnya; menjenguk orang yang sakit, menjenguk sahabat kita
yang sedang ditimpa kemalangan, menghormat mereka yang patut dihormati, dan
masih banyak lagi bentuk-bentuk dari pelayanan.
Pelayanan yang sejati adalah pelayanan
yang diberikan dengan tulus dan tidak membedakan. Banyak orang yang melakukan
pelayanan tetapi tidak ada ketulusan dan sifatnya masih terbatas. Mereka mau
melayani jika ada keuntungan, melakukan pelayanan agar orang tersebut menjadi
pengikutnya, melakukan pelayanan terbatas ke orang-orang tertentu dan lain sebagainya.
Sepintas yang dilakukan oleh orang-orang seperti itu baik, tetapi sebenarnya
bukan pelayanan yang sejati. Pelayanan yang sejati adalah perwujudan dari
Pelayanan yang kita lakukan harus benar-benar tumbuh dari nurani yang jernih dan
tidak ada pamrih di balik pelayanan itu.
Melayani adalah kebajikan, kenapa tidak kita lakukan? Sering saya
memberikan gambaran, “Sekali pun hanya menolong semut, tetapi jika kita lakukan
dengan ketulusan dan kesungguhan, maka yang kita lakukan itu akan memperbaiki
mental kita.” Mulailah membangun perilaku dan mental dari pelayanan yang kecil,
karena dari tahapan yang dasar dan sederhana ini perilaku dan mental kita akan
berubah. Jangan jadi orang yang hanya menyimpan pengetahuan dan pandai logika,
tetapi jadilah orang yang ramah dan rendah hati , memiliki sifat pelayanan yang
sejati. SRI Krisna telah memberikan contoh-contoh dan marilah kita mengikuti
teladan Beliau. Janganlah merasa rendah dalam pengetahuan dan pengalaman,
tetapi kita harus merasa rendah jika pengetahuan dan pengalaman itu tidak
direalisasikan.Pelayanan sejati adalah melayani dengan tulus, sungguh-sungguh
dan tanpa pamrih, dan sebagai seorang Manusia seharusnya menjadi seorang yang
bisa melayani dan bukan orang yang ingin selalu dilayani.
Selamat berjuang!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar