Senin, 22 April 2013

Pelayanan Sejati


Pelayanan Sejati

  Suatu ketika ada orang yang marah-marah dan mengumpat dengan kata-kata yang sangat kasar. Mengapa orang tersebut marah besar? Ternyata gara-gara menunggu terlalu lama di depan kasir. Orang tersebut ingin dilayani dengan cepat karena masih ada acara arisan. Apa sikap kita jika berada dalam kondisi seperti itu? Pertanyaan ini hanya untuk perenungan bagi kita dan kemudian melangkah ke arah yang lebih baik. Umumnya orang ingin mendapatkan pelayanan yang terbaik dan ketika pelayanannya tidak memuaskan maka yang muncul adalah rasa kecewa, sedih, marah, bahkan benci. Mengapa mereka ingin dilayani? Mereka berpikir bahwa dilayani dengan baik adalah kepuasan tersendiri. Ada juga yang beranggapan bahwa dengan dilayani adalah surga dunia. Akhirnya kata, “dilayani” melekat
pada diri seseorang. Pernahkah kita berpikir untuk melayani banyak orang? Pernahkah kita berpikir bahwa “melayani‘ adalah kebajikan. Sebuah kata yang singkat dan sederhana tetapi banyak terlupakan karena sifat manja manusia.  Sifat manja yang akhirnya membuat manusia ingin selalu dilayani. Marilah kita merenungkan kata-kata yang singkat dan sederhana ini. Termasuk manakah kita? Manusia yang suka dilayani atau yang suka melayani.
     Setelah kita merenung, berusahalah untuk bertekadmenjadi orang yang mau melayani bagi semua orang, bahkan semua makhluk. Pernah suatu ketika ada yang  bertanya, ’Apakah kita tidak menjadi rendah atau hina kalau kita melayani?’ Pelayanan selalu diletakkan di tingkat yang rendah sehingga kita enggan untuk melayani dan selalu ingin menjadi orang yang dilayani. Pelayanan yang dimaksud di sini adalah mengandung misi kebajikan. Apa yang kita berikan kepada mereka yang membutuhkan adalah bentuk dari pelayanan. Sebenarnya kalau kita kembali kepada Dharma, pelayanan adalah bentuk dari cinta kasih dan welas asih, atau dalam bahasa Budha dikenal dengan metta dan karunĂ¢. Ajaran yang sangat luhur dan sangat baik untuk kita praktikkan dalam kehidupan sehari-hari. Sering kita mengucapkan  semoga semua makhluk berbahagia. Apakah yang kita ucapkan itu benar-benar tumbuh dari pikiran yang tulus dan jernih? Atau hanya sekadar mengucapkan karena sudah menjadi kebiasaan? Apakah apa yang kita ucapkan itu sudah kita realisasikan dalam kehidupan kita?  Kembali pertanyaan ini untuk kita renungkan bersama. Pelayanan bukan hanya sekadar memberi materi kepada orang lain, tetapi juga dalam bentuk non materi.  Ketika ada orang yang kelaparan, tentunya kita bisa memberikan makanan kepada orang tersebut. Ketika ada orang bertamu ke rumah kemudian kita sambut dengan baik dan ramah, itu juga bentuk dari pelayanan. Ketika ada umat lain datang ke tempat suci kita  dan kemudian kita sapa dan kita sambut dengan penuh keramahan, ini juga bentuk dari pelayanan. Banyak yang bisa kita lakukan untuk pelayanan, misalnya; menjenguk orang yang sakit, menjenguk sahabat kita yang sedang ditimpa kemalangan, menghormat mereka yang patut dihormati, dan masih banyak lagi bentuk-bentuk dari pelayanan.
     Pelayanan yang sejati adalah pelayanan yang diberikan dengan tulus dan tidak membedakan. Banyak orang yang melakukan pelayanan tetapi tidak ada ketulusan dan sifatnya masih terbatas. Mereka mau melayani jika ada keuntungan, melakukan pelayanan agar orang tersebut menjadi pengikutnya, melakukan pelayanan terbatas ke orang-orang tertentu dan lain sebagainya. Sepintas yang dilakukan oleh orang-orang seperti itu baik, tetapi sebenarnya bukan pelayanan yang sejati. Pelayanan yang sejati adalah perwujudan dari Pelayanan yang kita lakukan harus benar-benar tumbuh dari nurani yang jernih dan tidak ada pamrih di balik pelayanan itu.  Melayani adalah kebajikan, kenapa tidak kita lakukan? Sering saya memberikan gambaran, “Sekali pun hanya menolong semut, tetapi jika kita lakukan dengan ketulusan dan kesungguhan, maka yang kita lakukan itu akan memperbaiki mental kita.” Mulailah membangun perilaku dan mental dari pelayanan yang kecil, karena dari tahapan yang dasar dan sederhana ini perilaku dan mental kita akan berubah. Jangan jadi orang yang hanya menyimpan pengetahuan dan pandai logika, tetapi jadilah orang yang ramah dan rendah hati , memiliki sifat pelayanan yang sejati. SRI Krisna telah memberikan contoh-contoh dan marilah kita mengikuti teladan Beliau. Janganlah merasa rendah dalam pengetahuan dan pengalaman, tetapi kita harus merasa rendah jika pengetahuan dan pengalaman itu tidak direalisasikan.Pelayanan sejati adalah melayani dengan tulus, sungguh-sungguh dan tanpa pamrih, dan sebagai seorang Manusia seharusnya menjadi seorang yang bisa melayani dan bukan orang yang ingin selalu dilayani.
Selamat berjuang!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar