Sabtu, 18 Mei 2013

Proses Pemikiran


   
Semua alasan untuk mempelajari ajaran suci adalah untuk bisa keluar dari garis penderitaan dan untuk mencapai pembebasan atau moksa ( Nirwana). Moksa adalah tujuan utama kita , maka itu berarti kita berada dijalur  yang benar, jalur tidak lebih dan jalur tidak kurang atau bahasa orang bali disebut tujuan terakhir dari perjalanan sang jiwa dan tidak ada adalagi kerja ( karma) atau didalam bahasa weda disebut mengatunya atma dengan paramatma. Tetapi kalau belum terbebas kita masih terpengaruhi oleh kondisi  dan kerja atau Karma.
  Harap di pahami faktor yang menyebabkan kerja( karma) tidak berhenti adalah pikiran. Sesungguhnya bila saat pikiran diam, pikiran dalam keadaak alaminya atau tidak melakukan aktivitas (karma) dan ketika pikiran terpengaruh  mengarah ke luar, maka pikiran akan menjadi berkondisi (karma) dan ketika pikiran itu terpengaruhi olih hal- hal luar maka kondisi pikiran menjadi terkondisi( karma). Pada saat pikiran terpengaruh oleh karma atau sudah berkondisi maka saat itu pikiran terdorong kesana kemari serupa dengan kelinci yang liar ( Baca: pikiran kelinci) dan memunculkan kegoyahan mental. Dengan kegoyahan pikiran dengan cepat meransang keadaan jiwa (mental) berkembang biak, maka pikiran manusia akan semakin larut didalam pikiran terasing dalam kerja atau karma.
   Maka di dalam ajaran yoga sutra patanjali memperaktekkan ajaran pengaturan kerlap- kerlip  pikiran, kapanpun pikiran berubah, menjadi tidak stabil dan melempat lempat itu merupakan pikiran yang sudah terpengaruhi dan sudah terkondisi oleh karma ( kerja), maka didalam yoga sutra patanjali kita disuruh untuk mengamati dan menyadari gerak- gerik, kerlap- kerlip pikiran kita supaya pikiran itu tidak terkondisi oleh kerja (karma).
    Demikian pula setelah pikiran terpengaruh oleh kerja maka pikiran akan membentuk karma kehendak yang akan memunculkan kesadaran serta memunculkan kehendak jasmani maupun rohani. Bila pikiran yang sudah berkondisi oleh karma menguasai diri manusia  dan membuat manusia menjadi tidak terkendali. Maka manusia itu akan tidak sadar diibaratkan jatuh dari atas pohon sampai tergeletak di atas tanah, kita hanya bisa bisa menyadari berapakah ketinggian pohon itu, berapa ranting pohon yang patah itu semua seperti halnya pikiran yang tidak terkendali maka pikiran kita akan melayang layang  dan manusia akan menyadari bahwa hal yang diluar yang selalu berubah itu kekal dan manusia akan terbelenggu oleh ketakutan dan kebodohan batin yang mendalam.

Proses Pikiran


   
Semua alasan untuk mempelajari ajaran suci adalah untuk bisa keluar dari garis penderitaan dan untuk mencapai pembebasan atau moksa ( Nirwana). Moksa adalah tujuan utama kita , maka itu berarti kita berada dijalur  yang benar, jalur tidak lebih dan jalur tidak kurang atau bahasa orang bali disebut tujuan terakhir dari perjalanan sang jiwa dan tidak ada adalagi kerja ( karma) atau didalam bahasa weda disebut mengatunya atma dengan paramatma. Tetapi kalau belum terbebas kita masih terpengaruhi oleh kondisi  dan kerja atau Karma.
  Harap di pahami faktor yang menyebabkan kerja( karma) tidak berhenti adalah pikiran. Sesungguhnya bila saat pikiran diam, pikiran dalam keadaak alaminya atau tidak melakukan aktivitas (karma) dan ketika pikiran terpengaruh  mengarah ke luar, maka pikiran akan menjadi berkondisi (karma) dan ketika pikiran itu terpengaruhi olih hal- hal luar maka kondisi pikiran menjadi terkondisi( karma). Pada saat pikiran terpengaruh oleh karma atau sudah berkondisi maka saat itu pikiran terdorong kesana kemari serupa dengan kelinci yang liar ( Baca: pikiran kelinci) dan memunculkan kegoyahan mental. Dengan kegoyahan pikiran dengan cepat meransang keadaan jiwa (mental) berkembang biak, maka pikiran manusia akan semakin larut didalam pikiran terasing dalam kerja atau karma.
   Maka di dalam ajaran yoga sutra patanjali memperaktekkan ajaran pengaturan kerlap- kerlip  pikiran, kapanpun pikiran berubah, menjadi tidak stabil dan melempat lempat itu merupakan pikiran yang sudah terpengaruhi dan sudah terkondisi oleh karma ( kerja), maka didalam yoga sutra patanjali kita disuruh untuk mengamati dan menyadari gerak- gerik, kerlap- kerlip pikiran kita supaya pikiran itu tidak terkondisi oleh kerja (karma).
    Demikian pula setelah pikiran terpengaruh oleh kerja maka pikiran akan membentuk karma kehendak yang akan memunculkan kesadaran serta memunculkan kehendak jasmani maupun rohani. Bila pikiran yang sudah berkondisi oleh karma menguasai diri manusia  dan membuat manusia menjadi tidak terkendali. Maka manusia itu akan tidak sadar diibaratkan jatuh dari atas pohon sampai tergeletak di atas tanah, kita hanya bisa bisa menyadari berapakah ketinggian pohon itu, berapa ranting pohon yang patah itu semua seperti halnya pikiran yang tidak terkendali maka pikiran kita akan melayang layang  dan manusia akan menyadari bahwa hal yang diluar yang selalu berubah itu kekal dan manusia akan terbelenggu oleh ketakutan dan kebodohan batin yang mendalam.

Gelombang Pikiran

  Tatkala kita terbawa arus pikiran makan tidak ada yang mengasi tahu bahwa inilah kebodohan karena proses tersebut berlangsung dengan cepat sulit di hentikan. Walaupun didalam ajaran pantanjali tentang pengaturan kerlap kerlip pikiran tetapi kita tidak mengetahui berapa meterkah kita jatuh, apa yang kita sadari adalah tatkala kita sudah terasa sakit karena terbentur oleh kerasnya tanah. Begitu juga pikiran disaat pikiran terpengaruh dan terbawa arus kerja pada
apa yang kita kehendaki kita tidak akan sadar, tetapi disaat sudah terjatuh baru kita menyadari akibatnya.
   Meminjam kutipannya guru gede prama dari mana datangnya penderitaan dan kebahagiaan.    Mereka datang dari persesi atau pikiran yang selalu mengalir. Penderitaan bukanlah hukuman tuhan , penderitaan bukan godaan setan tetapi penderitaan itu desebabkan oleh kerlap kerlip pikiran kita, kebahagiaan juga serupa semuanya itu disebabkan oleh goyahnya pikiran akibat pikiran telah terpengaruhi oleh kondisi kerja (kerja). Itu sebab nya maha rsi patanjali mengajarkan kita semua untu mengamati naik turunnya, kerlap- kerlip pikiran kita sendiri. Manakala kita sudah mengetahui dengan pengetahuan yang sejalan dengan kebenaran (truth) maka pikiran akan alamiah, tanpa pemaksaan pikiran akan bergerak lembut menuju kedalam dan membukakan pintu kedamaian. Itu yang disebut dengan pembebasan atau moksa.
  Untuk mencari ketenangan pikiran maka didalam ajaran yang saya ikuti mengajarkan praktik samadhi. Berlatih  jenjang samadhi yang mendalam, bila orang lain memperdebatkan teori tentang ketenangan pikiran biarkan itu urusan mereka. Namun kita tidak perlu perduli berapa teori yang mereka perdebatkan. Tapi yang penting praktik kita di  saat ini. Ketika sesuatu itu muncul baik sedikit maupun banyak biarkan itu terjadi  sebab kita tidak bisa mencegahnya muncul. Mengambil pendekatan guru saya menyebutkan sebagai titik’ yang mengetahui’ (knowing). Ketika kita mengetahui sesuatu yang akurat  atau kekal hanyalah kebenaran, maka kita akan mengetahui seperti apakah pikiran itu dan segala aktivitas pikiran yang tidak pernah perhenti.
  Saya sudah memperaktikan yoga samadhi tanpa banyak teori , saya hanya mengetahui bahwa jalan yang saya ikuti dimulai dari hal- hal yang sederhana yaitu, menaati praturan kitab suci, kedamaian dan kebijaksanaan. Peraturan merupakan hal yang terindah dalam perjalan permula. Sebab dari peraturan itu kita akan mengetahui batas- batas dari diri kita dan menunjukan arah menuju kedamaian. Kedamaian yang mendalam dari smadhi merupakan indahnya jalan  tengah dan  kebijaksanaan merupakan akhir perjalanan kita. Terbagi menjadi tiga bagian tetapi ujugnya menjadi satuserupa dengan aliran sungai (baca: Aliran sungai) tetapi dari sekian banyak aliran sungai pada akhrinya bertemu dilautan biru atau identik dengan pembebasan. Dengan demikian bagaimanapun kesempurnaan itu memerlukan kebijaksanaan, perlu pengetahuan untuk mengetahui tindakan tindakan kita dan untuk melihan konsenkuensi seseorang serta kita menumbuhkan pengetahuan dan kebijaksanaan untuk mencapai kebenaran hidup.

Pentingnya Intelektual



  Suatu cerita yang memberikan  gambaran tentang  pentingnya pengetahuan dan kebijaksanaan. Suatu hari ada seorang pertapa yang sedang bertapa di bawah pohon yang rindang, tiba- tiba datanglah dua kawanan perampok yang sedang dikejar oleh sekolompok prajurit. Dan disaat itu dua kawanan perampok itu bersembunyi di belakang pertapa itu, dan sekolompok prajurit pun menghampiri pertapa itu dan bertanya” Guru pertapa pakah ada dua kawanan perampok yang lewat di sini? Sebelum menjawab pertanyaan prajurit itu pertapa yang bijak itu berpikir dengan penuh pengetahuan dan kebijaksanaan, tak lama kemudian pertapa itu memjawab dengan penuh bijak” Mulut yang berbicara tidak bisa melihat, Mata yang melihat tidak bisa berbicara”’ Karena jawaban  pertapa itu dianggap gila oleh prajurit tersebut akahirnya sekelompok prajurit pun meninggalkan pertapa yang dianggap gila tersebut. Dan akhirnya selamat sudahlah perampok itu, setelah kejadian tersebut  karena vibrasi pertapa itu sangat sejuk dan bijak maka kawanan mantan perampok itu bertobat dan menjalani ajaran suci. Mungkin anda bertanya tanya” Mengapa seorang pertapa melepaskan penjahat dan tidak mengatakan dengan kejujuran? Tatkala pikiran sudah tercerahkan maka sifat dan sikap welas asih akan muncul dengan bahasa sederhana jika  pertapa itu  mengatakan dengan jujur maka kawanan perampok itu pasti terbunuh, akhirnya dengan bijak pertapa itu menjawabnya dengan menbalik kata katanya demi keselamatan mahluk lain.
  Mengambil kutipan dari guru saya bahwa sebelum kita bertindak dan melangkah meraih sesuatu kita di harapkan memilki pengetahuan dasar dan kebijaksanaan. Menurut teori dasar yang pertama datang adalah kebijaksanaan dan diakhiri dengan samadhi. Karena kebijaksanaan dasar dari praktik dari samadhi . kebijaksanaan akan memahami konsenkensi dari apa yang kita lakukan guna mengendalikan  dan mempertahankan kerja (karma) dari pikiran. Maka didalam ajaran yang saya ikuti kebijaksanaan adalah jalan untuk memurnikan jasmani dan rohani kita, mana kala kita kita terbiasa dengan  tindakan yang berawal dari kebijaksanaan maka kita berlahan lahan menuju kesempurnaan atau samadhi. Ditingkatan samadhi adalah dimana hanya ada aksi pemenangan diri dengan diam alami dengan pikiran yang kosong. Didalam bahasa sederhana samadhi adalah dimana kerinduan seorang anak dengan ayahnya yang sudah berpisah selama puluhan tahun, dimana samadhi  dalah menyatunya atma dengan paramatman atau tuhan.

Energi Rohani

Tanpa sengaja disiang hari bertepatan bapak Gubernur bali kunjungan kedesa saya, saya duduk dibawah pohon cempaka sambil merenung, tiba tiba pikiran saya tenang sekali seolah olah pikiran saya itu benar benar istirahat dengan rileks yang mendalam. Itu terjadi dengan sedirinya. Pikiran yang melompat lompat dan bergerak- gerak mulai kedalam dan mendalam lagi sampai bertemu dengan keheningagan batin didalam.  Bahkan lebih jauh lagi menyatu dengan keheningan batin yang mendalam, dan kita akan mendapatkan ketenangan yang lebih dari sebelumnya.
  Sebagaimana sifat alamiah pikiran yang tidak menetap seperti kelinci (Baca :pikiran kelinci) tak lama kemudian dia pun keluar dari garis ketenangan dan mulai beraktivitas (kerja). Seperti lagunya anak anak Tk: molompatikian kemari  sepanjang hari, aku ingin menemani sepulang sekolah bersama mu lagi menari nari. Pikiran juga serupa dengan kelinci melompat –lompat kesana –sini tapi tugas kita hanya merawatnya dengan penuh lembut dan kasih, kalau kita tidak merawatnya maka kelinci  pikiran akan tambah ganas dan kencang tetapi kalau kita rawat kelinci itu maka dia akan duduk dipangkuan kita.
  Saya disarankan sama guru gede prama untuk tidak memaksa pikiran untuk diam atau mengarahkan dengan paksaan, karena apapun boleh terjadi didalam pikiran kita cukup mengamati dan menyadarinya dengan rasa syukur dan senyuman yang manis seperti halnya kita bermain dengan kelinci.
   Setelah pikiran keluar dari garis ketenangan batin kita tidak boleh marah, atau menyalahkan pikiran. Saya disarankan sama guru Gede prama untuk tidak mempertanyakan tertang apa yang terjadi sebab sesuatu itu muncul pasti akan berakhir. Semuanya akan hilang yang ada hanya kekeosongan itu. Pikiran setelah meluncur kedalam, berdiam disana selama la mau dan setelah itu kembali keluar terus begi sesampai pikiran itu tidak terpengaruhi oleh karma (kerja) kita tidak bisa menyuruh la tinggal selama lamanya di sana juga kita tidak bisa mencegah la keluar dan kita tidak akan mengerti persis bagaimana la tinggal di dalam batin.

Jalan Pikiran


   
 Semua yang berkaitan mengenai pikiran pengikuti hukumnya sendiri itu terjadi secara alaminya, tidak dapat dijelaskan dengan teoritis mengenai keadaan pikiran dan keadaan batin (jiwa). Hanya dengan keyakinan dan kepercayaan yang mendalam yang anda milikilah akan menjawabnya, praktikanlan dengan sungguh- sungguh, jangan menunda- nunda, masuklah kedalam pemahaman akan realita akan perbedaan. Setelah anda musuk kedalam realita pikiran maka pandangan anda akan berubah dengan sebelumnya, dengan bahasa negatif karena cara pandangan anda berubah maka anda akan dikira gila, kalau anda tidak memiliki suatu kenyakinan dan kepercayaan mungkin anda benaran gila. Karena seseorang akan berbeda dari biasanya misalnya, dahulu saya sebelum menyentuh buku suci dan memperaktikannya, saya paling nakal di sekolah sampai sampai saya hampir ketinggalan kelas, tetapi sekarang setelah saya berjumpa dengan buku suci dari pandangan sahabat dan guru saya, saya sudah dijuluki pendeta. Dari cerita yang  sederhana itu kita memahami bahwa  seseorang yang sudah tersentuh oleh ajaran suci dan memperaktikannya dengan kebijaksanaan, maka senakal atau sejahat apapun seseorang akan terpengaruh oleh vibrasi kebijaksanaan, sebab  semua manusia itu baik karena ketidaktahuannyalah membuat dia nakal atau jahat. Baca selanjutnya?

Smadhi alam Jiwa


   Memimjam buku Suci orang Hindhu setelah kebijaksanaan itu berkembang maka manusia dikatakan memiliki kekuatan samadhi ( Baca: Samadhi) akan membuat jiwa seseorang akan tidak goyah, bagi mereka semua yang muncul pasti ada sebab karena kekuatan samadi akan membawa perubahan bagi manyak orang, bagi mereka yang memiliki cahaya jiwa atau samadhii mereka akan berpikir begini sedangkan orang lain begitu karena bagi orang yang memiliki kekuatan samadhi mengetahui dengan jelas mana yang benar bagi banyak orang dan mana yang merugikan banyak orang. Didalam sastra Bhagwad gita tertulis; Orang yang bijak akan membukkan jalan yang terbaik bagi banyak orang dan beliau akan membawa orang menjauh dari alam kenistaan atau samsara.
  Kekuatan samadhi tidak akan pernah luntur karena salah satu riset menunjukan kekuatan samadhi itu sama dengan kekuatan Tuhan. Kekuatan samadhi akan berlangsung secara terus menerus bagi semua orang yang mempraktikkannya, jika benar benar menyelami kedalam hal tersebut tidak perlu anda cari di luar karena semuanya itu ada didalam diri masing masing. Kekuatan samadhi itu sangatlah kokoh tapi lembut, kokoh tidak tergoyahkan oleh hal-hal luar dan Jika seseorang sudah dikuasai oleh kekuatan samadhi maka akan berjiwa lembut penuh dengan kasih sayang. Inilah kekuatan Samadhi sumber dari Energi spirit dan sumber Energi Pencerahan.

Jumat, 17 Mei 2013

Bunga Kehidupan


Dalam sebuah kunjungan ke sebuah panti jompo yang serba kecukupan, Ibu Teresa pernah memiliki pengalaman yang patut di simak. Kendati kehidupan di panti jompo ini tergolong lebih dari cukup, semua orang tua yang tinggal di sini, ketika duduk diruangan untuk menonton tv, bukannya memandang tv, hampir semua mata menatap pintu masuk. Alasan kenapa mereka menatap pintu masuk, karena semuanya berharap akan dikunjungi oleh anak, keluarga atau saudara yang bisa memberi mereka perhatian. Membaca pengalaman ini, saya teringat sedih ke Bapak saya yang tinggal dikampung sana. Di umurnya yang sudah berkepala sembilan, setiap sore setelahmandi, beliau selalu diminta dipapah dan disediakan kursi untuk duduk di pintu masuk rumah. Untuk kemudian, menatap setiap orang yang lewat di jalan satupersatu.Tetangga saya sebelah rumah di Bintaro Jaya juga demikian. Hampir setiap soreorang tua yang berjalan dibantu kursi roda ini, duduk di depan rumahnya sambilmemandangi jalan.Tadinya, saya tidak tahu apa yang mereka fikirkan, tetapi ketika membacapengalaman Ibu Teresa di atas, ada semacam perasaan berdosa terhadap Bapaksaya di kampung, demikian juga dengan orang tua sebelah rumah.Rupanya, mereka amat rindu perhatian. Di umur-umur yang tidak lagi produktif ini,setangkai bunga perhatian adalah vitamin-vitamin kejiwaan yang amat dibutuhkan.Yang jelas, siapapun Anda dan di manapun Anda berada, tua muda, di kota maupundi desa, semua memerlukan perhatian orang lain. Sayangnya, banyak orang yangamat pelit untuk memberikan bunga perhatian buat orang lain. Tidak sedikit orang,hanya meminta untuk diberikan bunga terakhir. Padahal, bunga terakhir berhargatidak mahal. Bahkan, kita tidak membelinya.Dalam ruang lingkup yang lebih besar, alasan ekonomi biaya tinggi sebagai tamengketidakmampuan dalam mensejaterakan karyawan, jauhnya jarak sosial antaraatasan dengan bawahan, tingginya rasio antara gaji orang di puncak dengan orangdi bawah, teganya politisi membunuh orang untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu,atau koruptor yang rela mengkorupsi dana untuk rakyat miskin, adalah rangkaianbukti yang bisa membawa saya pada kesimpulan, betapa langkanya orang danpemimpin yang kemana-mana membawa setangkai bunga perhatian.Memang, ada orang yang memiliki teori, bahwa kalau kita lahir dari masyarakat dankeluarga yang miskin perhatian, maka kitapun akan terbentuk menjadi manusia yangmiskin perhatian juga.Inilah problemanya. Jika menunggu sampai masyarakat dan keluarga berubah, atauorganisasi berubah baru kemudian individunya berubah, maka kapan bisa terbentukbarisan manusia lengkap dengan bunga perhatian yang indah ?Ibu Teresa tepat sekali ketika menulis : "

We must remember that love begins at home, and wemust also remember that the future of humanity passes through The Family’ Ini berarti, bunga perhatian mesti mulai ditanam, dipupuk dan disemai di rumah.Sebab, dari rumahlah bunga indah ini disebarkan. Kenapa mulai dari rumah, sebabmasa depan kemanusiaan berjalan melalui institusi keluarga.Bercermin dari sini, kadang saya dihinggapi perasaan berdosa. Sebab, semenjakmerangkap menjadi eksekutif, konsultan, pembicara publik dan penulis, sering kalimeninggalkan rumah pada hari Senen pagi dan pulang Jumat malam. Kendati setiaphari saya menelepon ke rumah, merayu isteri beberapa menit, bercanda dengananak-anak, minta dibelikan oleh-oleh apa, dan seterusnya, tetapi tetap ada sesuatuyang kurang.Putera saya yang bungsu, sering kali meminta makan di pangkuan saya tatkala saya juga makan. Wika puteri semata wayang saya, semangat sekali setiap kali sayasampai di rumah. Adi, putera kedua saya, sering kali merengek ke supir agar diajakikut menjemput saya di bandar udara. Semua itu, membuat perasaan berdosa dalamdiri ini. Bagaimanakah saya akan menanam bunga perhatian dalam keluarga yangamat saya cintai ini? Kadang, saya berharap memiliki waktu empat puluh delapan jam sehari. Sempat teringat petuah teman untuk meningkatkan kualitas bukankuantitas hubungan dengan anak. Atau mengkompensasinya dengan materi.Akan tetapi, tetap tidak bisa memberikan kompensasi. Apapun bayarannya, setiapanak mendambakan Papanya ikut bermain dengan mereka. Menaikkan layang-layang yang ingin diterbangkan. Menendang bola yang gawangnya mereka jaga.Menggambarkan kelinci dalam kertas yang anak-anak sediakan.Menjemput puteri saya di sekolah yang sedang sombong-sombongnya memamerkanPapanya serta mobilnya, mengantar Adi berenang, menaikkan layang-layang, sertabermain game sepuasnya, atau mengajak Komang berjalan-jalan dan menjawabsemua keingintahuannya, atau menemani isteri sehari penuh dan memenuhikeinginannya, adalah serangkaian mimpi yang jarang bisa saya penuhi. Serangkaiankegiatan, yang sebenarnya bisa membuat pohon bunga perhatian tumbuh di mana-mana di rumah.Sering kali saya dibuat iri oleh tetangga yang amat rajin menemani anaknya naiksepeda berkeliling komplek. Ada juga yang setiap pagi memandikan anjingkesayangan sang anak, menuntun anak sampai gerbang sekolah, mengajari merekanaik sepeda. Lebih iri lagi, kalau di bandar udara saya bertemu seorang suami yangmenggandeng isterinya dengan penuh kemesraan.Semacam lahan subur untuk bunga perhatian, bukankah akan membahagiakansekali jika kita bekerja di sebuah organisasi yang diisi oleh manusia-manusia yangsaling memperhatikan

Sabtu, 11 Mei 2013

Gelombang kehidupan


      KEHIDUPAN manusia adalah kehidupan yang ‘ jatuh bangun ‘.Sang pencipta tidak pernah menjanjikan langit yang selalu biru, namun satu hal yang pasti, setelah hujan redah selalu tampak pelangi.bukan perkara bagaimana kita gagal atau menghadapi masalah, namun yang terpenting adalah bagaimana kita bangkit dari kegagalan tersebut dan mulai melakukan pembaharuan agar hal serupa tidakterulang kembali. Pada kenyataannya, ada begitu banyak    manusia yang dengan mudah melakukan vonis terhadap dirinya sendiri dan sekaligus memastikan bahwa tidak bisa melakukan apa-apa,lantaran sudah pernah melakukan kesalahan yang fatal.keberhasilan bukan diukur dari posisi yang telah di capai seseorang dalam kehidupan, melainkan dari rintangan-rintangan yang diatasinya saat berusaha untuk berhasil. Di sinilah letak nilai kehidupan yang bermakna tersebutPengalaman bukan apa yang terjadi pada seseorang, melainkan apa yang dilakukan seseorang terhadap apa yang terjadi kepadanya. Mungkin itu pengalaman pahit yang menyisakan duka atau pengalaman manis yang memotivasi kita untuk membuat hidup menjadi lebih hidup.apaun itu, bukan peristiwanya yang penting,melainkan sejauh mana kita merespon peristiwa tersebut. demikian tragis telah merebut optimisme seseorang. 
     Manusia diberi akal, hati nurani, dan dorongan oleh Sang Pencipta untuk bangkit dari setiap kegagalan dan peistiwa yang begitu menekan. Tidak ada masalah ynag terlalu besar untuk dihadapi,tidak ada langkah yang terlau panjang untuk dijalani, dan tidak ada ornag yang sulit untuk terkadangpengalaman-pengalaman yang tidak menyenangkan cendrung membuat seseorang menjadi pesimis melihat kehidupan ini.Lebih hebatnya lagi, peristiwa kecil yang terjadi dapat berkembang dalam pikiran seseorang melalui imajinasinya sehingga seolah-olah peristiwa tersebut dihadapi ketika kita mampu menyikapi setiap peristiwa yang terjadi dengan hati Yang jernih dan kepala dingin. Seseorang filsuf pernah bertutur “Kita tidak bisa mengukur berapa tingginya sebuah gunung hingga kita sudah berada di puncaknya dan mengatakan bahwa sebernarnya tinggi gunung tidak seberapa. “Artinya,jangan pernah menyerah sebelum pernah mencoba. Kekuatan terbesar untuk menyelesaikan pekerjaan adalah pada saat kita berani untuk memulainya. Bukankah seribu langkah kedepan dimulai dari langkah pertama. Ketika peristiwa menekan dan hampur putus asa,percayalah bahwa hal tersebut tidak akan melebihi kekuatan kita sebagai manusia yang notabene dicipta sebagai ciptaan yang paling sempurna di antara seluruh ciptaannya. Mungkin langkah-langkah praktis yang pernah di  lakukan adalah dengan mengidentifikasi secermat mungkin peristiwa ynag kita alami, mungkin memang itu adalah sebuah dari perbuatan selama ini.Kalaupun datangnya dari orang lain,dengan bijaksana kita mealakukan onstrospeksi diri,:Ada apa dengan diri kita sehingga ornag lain berbuat demikian? “ ketika peritiwa tersebut adalah peristiwa alam yang demikian dasyat, maka mata imanlah yang melihat. Bukankah Sang Pencipta yang kita percayai adalah khalik langit dan bumi sebagai alam yang dasyat tersebut? Langkah berikut adalah dengan selalu membuka jalan silahturahmi dengan orang lain untuk membagi pengalaman.Dalam percakapan yang berbagi tersebut, setidaknya akan mengurangi beban mental dan memungkinkan kita untuk menemukan solusi untuk bangkit Langkah terakhir yang penting adalah dengan banyak membaca buku-buku  bermutu tentang kehidupan, terutama Kitab Suci karena disinilah sumber kekuatan kita untuk memaknai setiap peristiwa yang terjadi.
‘’Orang tidak dapat menemukan lautan biru kecuali ia memiliki keberanian Jika seseorang sembunyi dari sebuah masalah,maka dia tidak akan sukses’’

Jumat, 03 Mei 2013

Keyakinan

    Sebagaimana cerita seorang ibu tibet dan seorang putra yang menjadi saudagar sayur ke india,Suatu hari ibunya memanggil putranya’anakku nanti kalau kau berjualan ke india belikan ibu sebuah relif suci,’baik bu,,keesokan hari nya sebelum matahari terbit pemuda itu sudah berangkat sambil menbawa segerobak sayur dan buah-buahan.Setelah habis berjualan dia kembali kerumah dan sesampai di depan rumah nya dia baru ingat bahwa ibunya menyuruh dia menbeli sebuah relif. Setelah dia masuk kerumah ibunya bertanya’’nak jadi kamu belikan ibu sebuah relif,maaf Bu minggu depan saya beliin ibu relif ,hari ini saya lupa karena hari ini banyak pembeli yang menbuat saya lupa belikan ibu relif,Sampai tiga kali lupa ,ibunya berkata’Satu kali lagi kamu lupa menbelikan ibu relif ,Ibu akan bunuh diri,’karena ibunya mengancam akhirnya dia berjanji pada ibunya akan menbelikan ibunya sebuah refil.

    Dan sebagaimana biasanya bisok harinya dia pergi ke india sambil menbawa sekeranjang sayur dan buah buahan,Tapi sayangnya setelah barangnya habis dijual dia balik tanpa menbeli relif,tetapi dia tidak sadar bahwa dia disuruh menbelikan relif,Dipertengahan jalan dia baru ingat dan berhenti’saya lupa beli relif maka ibu saya akan bunuh diri’dia berdiri sejenak sambil melihat lihat sekitarnya,Dan disaat itu pun alam bermurah hati, pemuda tersebut melihat bangkai anjing di pinggir jalan,karana dia saudagar yang banyak akar maka dia pun mencongkel tiga buah gigi anjing tersebut dan menbungkusnya dengan kain yang berwarna kuning,   Setelah sampai dirumah pemuda tersebut menberikan relif gigi anjing itu pada ibunya.Ibunya berkata’Terimakasih Nak kamu sudah menepati janji mu ,Sekarang ibu sudah merasa lega,Bahwa keyakinannya ibu tua tersebut sangat besar terhadap relif tersebut yang sebenarnya hanya sebuah gigi bangkai anjing,maka setiap malam dan pagi ibu tua itu menyalakan dupa,lilin dan pengharum ruangan di atlar tempat relif itu dia simpan.

     Setelah bertahun tahun ibu tua itu memuja gigi anjing akhirnya ibu tua itu meninggal dunia,Dan saat itu pun kejadian yang ajaib pun muncul dari relif gigi anjing tersebut  yang dipuja bertahun tahun itu memancarkan warna pelangi dan didalam nya terdapat rupang budha yang di lingkari dengan cahaya kuning.Anak nya yang telah menbohongi ibunya itu sadar ,dan bersujud dihadapan lilif gigi anjaing tersebut...Bahwa keyakinan ibuku yang begitu besar bisa mengubah gigi bangkai anjing menjadi relif budha yang memancarkan sinar suci ke semua penjuru.Pelajarannya sangat sederhana ‘Keyakinan menbuat sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin,itu sebab keyakinan sangat dibutuhkan dalam berbagai hal........

 

Awan putih Bergegas Pergi


   
 Ketika sang surya mulai nampak dibelahan timur. Burung mulai bernyanyi, suara ayam bagaikan lonceng yang  dipukul oleh para bikhu, Pagipun beranjak meninggalkan kesejukan. Ketika Kewangian, kesegaran luntur oleh kekeringan, Ketika banyak orang mulai bepergian berebutan pijakan, ketika langit semakin membiru memancarkan warnanya, Ketika kesunyian menemani dan diiringi sayup sayup suara orang yang beraktivitas. Menunggu dan terus menunggu entah apa yang ditunggu? Keberadaan sang bidadari yang selama ini yang mereka cari yang berharga dan istimewa. Yang membuat hangat ketika dingin menerpa, Melindungi ketika panas memuncak menggetarkan semangat. Tujuan yang pasti adalah kebahagian dan membagi berkah pada semua mahluk. Bukankah kita dilahirkan seorang diri lalu saling mengenal lantas kita menjalani hidup bersama pula, Sungguh waktu kerbersamaan merupakan nikmat yang harus disyukuri, Ingat waktu terus berjalan serupa dengan halnya Awan dilangit. Coba perhatika awan dilangit la menggulung membentuk kura kura, membelah menyerupai bunga mawar, bergerak berlahan lahan kemudian lenyap. Kehidupan serupa kadang bahagia kadang menderita, kadang senang kadang sedih pada akhirnya dia menghilang, Itu sebabnya jangan terlena dengan ilusi, jangan terpelenggu oleh ketidak kekalan (maya) supaya kita tidak tertinggal dibelakang.

  Karena kehidupan terus berubah maka mulailah dari detik ini belajar mensyukuri rahmat Tuhan karena masih bisa menghirup nafas, diberi kesehatan , masih mengeyam pendidikan. Perbaiki diri dari kesombongan, menghindari kejahatan, jeratan kekejian kenistaan dan kebohongan. Dan mulailah hidup dalam kebenaran. Seperti syair tua yang saya sukai’’Tinta putih menbasahi kanvas, Kertas hitam bukan diwarnai’ berlaku bijak berkata benar, konsistendiri, hargai diri anda, dan yang paling penting adalah benahi moralitas, perbaiki citra diri, jauhi sifat malas dan boros, Fokuslah pada apa yang hendaki kita capai amati terus, Entah apa yang akan dihendaki oleh tuhan. karena kehidupan seperti gumpalan awan di langit yang terus berganti.

******Masa lalu biarkan berlalu*Masa depan penuh ketidak pastian****

Tetesan Embun Pencerahan



       Sayangnya, Pencerahan tidak bisa didapatkan melalui keriuhan kata- kata , pamer, kepintaran , apalagi seorang perang logika. Meminjam Confusius Pencarahan hanya bisa dialami oleh siapa saja yang tekun mengerti dan melaksanakan. Laksanakan ajaran suci kemudian baru pintu pengertian mendalam mungkin  terbuka. Datang  dengarkan, praktekkan meditasi, kemudian lihat bagaimana ruang-ruang didalam yang gelap dari satu kehidupan ke kehidupan lain oleh ketidaktahuan dan keamarah,  Tiba tiba diterangi oleh cahaya (vidya ) kesadaran. kalau sudah diterangi cahaya pemahaman seperti ini, Mudah dimaklumi seorang yogi atau petapa yang menghabiskan waktu lama sekali dalam diam, melatih tubuh dalam kesederhanaan, mengistirahatkan pikiran dalam keheningan    Bagi orang orang tersebut serupa merasakan kelembutan air dengan sentuhannya , mirip dengan menikmati sejuknya embun dipagi hari. Dengan cara bangun pagi, demikian juga dengan meditasi. Keindahan meditasi hanya terbuka pada siapa saja yang sudah melaksanakannya. Sesederhnanya meditasi membiasakan pikiran, Dari pikiran negatif  yang kacau, menuju pikiran yang positif yang penuh kasih sayang  yang berujuk pada pikiran yang alamiah (serupa alam). Perpindahan pikiran negatif  menuju pada pikiran yang positif berunjuk pada kesempurnaan alam. keberhasilan  amat ditentukan oleh seberapa sempurna seseorang yang memperaktekkan kesadaran dalam kesehariannya. Sebagaimana dialami manusia kebanyakan pikiran yang belum diterangi oleh cahaya kesadaran adalah sumber konflik dan penyakit, Intevensi formasi melalui obat abatan  yang ditujukan oleh banyak penelitan dan Obat-obatan tersebut hanya membantu meringankan seseorang dari gejala. Tidak pernah sepenuhnya menyembuhkan, terutama karena obat tidak pernah sempurna mengembalikan keseimbangan  tubuh, spirit, pikiran, dan melalui meditasi sekurang-kurangnya dari pikiran yang negatif menjadi pikiran yang positif seseorang sudah mendekati titik balik keseimbangan dan kesembuhan.

   Lebih lebih bila seseorang bisa mencapai kesempurnaan dalam meditasi maka keseimbangan dicapai dengan senatural garam yang asin dan senatural gula yang manis tanpa paksaan, Bila Meditasi seseorang sudah sempurna serupa tetesan embun yang jatuh dari dedaunan di pagi hari, Keseimbangan dan kesempurnaana yang diproleh secara tidak Dipaksakan semuanya akan berjalan secara alamiah, yang serupa alam siang malam, terus berputar, awan putih  dan awan hitam terus berganti (baca;awan putih bergegas pergi) dan hari, bulan, tahun terus Berganti. Semua hal tersebut sama dengan  bentuk-bentuk pikiran, perasaan, persepsi didalam yang Serupa dengan alam, terus berganti berubah, Yang tetap adalah perubahan itu sendiri, melawan perubahan itulah penderitaan, sedangkan mengalir bersama perubahan itulah keheningan dan kedamaian, Dan menyaksikan perubahan itulah meditasi sejuk embun pagi.