Jumat, 17 Mei 2013

Bunga Kehidupan


Dalam sebuah kunjungan ke sebuah panti jompo yang serba kecukupan, Ibu Teresa pernah memiliki pengalaman yang patut di simak. Kendati kehidupan di panti jompo ini tergolong lebih dari cukup, semua orang tua yang tinggal di sini, ketika duduk diruangan untuk menonton tv, bukannya memandang tv, hampir semua mata menatap pintu masuk. Alasan kenapa mereka menatap pintu masuk, karena semuanya berharap akan dikunjungi oleh anak, keluarga atau saudara yang bisa memberi mereka perhatian. Membaca pengalaman ini, saya teringat sedih ke Bapak saya yang tinggal dikampung sana. Di umurnya yang sudah berkepala sembilan, setiap sore setelahmandi, beliau selalu diminta dipapah dan disediakan kursi untuk duduk di pintu masuk rumah. Untuk kemudian, menatap setiap orang yang lewat di jalan satupersatu.Tetangga saya sebelah rumah di Bintaro Jaya juga demikian. Hampir setiap soreorang tua yang berjalan dibantu kursi roda ini, duduk di depan rumahnya sambilmemandangi jalan.Tadinya, saya tidak tahu apa yang mereka fikirkan, tetapi ketika membacapengalaman Ibu Teresa di atas, ada semacam perasaan berdosa terhadap Bapaksaya di kampung, demikian juga dengan orang tua sebelah rumah.Rupanya, mereka amat rindu perhatian. Di umur-umur yang tidak lagi produktif ini,setangkai bunga perhatian adalah vitamin-vitamin kejiwaan yang amat dibutuhkan.Yang jelas, siapapun Anda dan di manapun Anda berada, tua muda, di kota maupundi desa, semua memerlukan perhatian orang lain. Sayangnya, banyak orang yangamat pelit untuk memberikan bunga perhatian buat orang lain. Tidak sedikit orang,hanya meminta untuk diberikan bunga terakhir. Padahal, bunga terakhir berhargatidak mahal. Bahkan, kita tidak membelinya.Dalam ruang lingkup yang lebih besar, alasan ekonomi biaya tinggi sebagai tamengketidakmampuan dalam mensejaterakan karyawan, jauhnya jarak sosial antaraatasan dengan bawahan, tingginya rasio antara gaji orang di puncak dengan orangdi bawah, teganya politisi membunuh orang untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu,atau koruptor yang rela mengkorupsi dana untuk rakyat miskin, adalah rangkaianbukti yang bisa membawa saya pada kesimpulan, betapa langkanya orang danpemimpin yang kemana-mana membawa setangkai bunga perhatian.Memang, ada orang yang memiliki teori, bahwa kalau kita lahir dari masyarakat dankeluarga yang miskin perhatian, maka kitapun akan terbentuk menjadi manusia yangmiskin perhatian juga.Inilah problemanya. Jika menunggu sampai masyarakat dan keluarga berubah, atauorganisasi berubah baru kemudian individunya berubah, maka kapan bisa terbentukbarisan manusia lengkap dengan bunga perhatian yang indah ?Ibu Teresa tepat sekali ketika menulis : "

We must remember that love begins at home, and wemust also remember that the future of humanity passes through The Family’ Ini berarti, bunga perhatian mesti mulai ditanam, dipupuk dan disemai di rumah.Sebab, dari rumahlah bunga indah ini disebarkan. Kenapa mulai dari rumah, sebabmasa depan kemanusiaan berjalan melalui institusi keluarga.Bercermin dari sini, kadang saya dihinggapi perasaan berdosa. Sebab, semenjakmerangkap menjadi eksekutif, konsultan, pembicara publik dan penulis, sering kalimeninggalkan rumah pada hari Senen pagi dan pulang Jumat malam. Kendati setiaphari saya menelepon ke rumah, merayu isteri beberapa menit, bercanda dengananak-anak, minta dibelikan oleh-oleh apa, dan seterusnya, tetapi tetap ada sesuatuyang kurang.Putera saya yang bungsu, sering kali meminta makan di pangkuan saya tatkala saya juga makan. Wika puteri semata wayang saya, semangat sekali setiap kali sayasampai di rumah. Adi, putera kedua saya, sering kali merengek ke supir agar diajakikut menjemput saya di bandar udara. Semua itu, membuat perasaan berdosa dalamdiri ini. Bagaimanakah saya akan menanam bunga perhatian dalam keluarga yangamat saya cintai ini? Kadang, saya berharap memiliki waktu empat puluh delapan jam sehari. Sempat teringat petuah teman untuk meningkatkan kualitas bukankuantitas hubungan dengan anak. Atau mengkompensasinya dengan materi.Akan tetapi, tetap tidak bisa memberikan kompensasi. Apapun bayarannya, setiapanak mendambakan Papanya ikut bermain dengan mereka. Menaikkan layang-layang yang ingin diterbangkan. Menendang bola yang gawangnya mereka jaga.Menggambarkan kelinci dalam kertas yang anak-anak sediakan.Menjemput puteri saya di sekolah yang sedang sombong-sombongnya memamerkanPapanya serta mobilnya, mengantar Adi berenang, menaikkan layang-layang, sertabermain game sepuasnya, atau mengajak Komang berjalan-jalan dan menjawabsemua keingintahuannya, atau menemani isteri sehari penuh dan memenuhikeinginannya, adalah serangkaian mimpi yang jarang bisa saya penuhi. Serangkaiankegiatan, yang sebenarnya bisa membuat pohon bunga perhatian tumbuh di mana-mana di rumah.Sering kali saya dibuat iri oleh tetangga yang amat rajin menemani anaknya naiksepeda berkeliling komplek. Ada juga yang setiap pagi memandikan anjingkesayangan sang anak, menuntun anak sampai gerbang sekolah, mengajari merekanaik sepeda. Lebih iri lagi, kalau di bandar udara saya bertemu seorang suami yangmenggandeng isterinya dengan penuh kemesraan.Semacam lahan subur untuk bunga perhatian, bukankah akan membahagiakansekali jika kita bekerja di sebuah organisasi yang diisi oleh manusia-manusia yangsaling memperhatikan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar