Sabtu, 18 Mei 2013

Proses Pikiran


   
Semua alasan untuk mempelajari ajaran suci adalah untuk bisa keluar dari garis penderitaan dan untuk mencapai pembebasan atau moksa ( Nirwana). Moksa adalah tujuan utama kita , maka itu berarti kita berada dijalur  yang benar, jalur tidak lebih dan jalur tidak kurang atau bahasa orang bali disebut tujuan terakhir dari perjalanan sang jiwa dan tidak ada adalagi kerja ( karma) atau didalam bahasa weda disebut mengatunya atma dengan paramatma. Tetapi kalau belum terbebas kita masih terpengaruhi oleh kondisi  dan kerja atau Karma.
  Harap di pahami faktor yang menyebabkan kerja( karma) tidak berhenti adalah pikiran. Sesungguhnya bila saat pikiran diam, pikiran dalam keadaak alaminya atau tidak melakukan aktivitas (karma) dan ketika pikiran terpengaruh  mengarah ke luar, maka pikiran akan menjadi berkondisi (karma) dan ketika pikiran itu terpengaruhi olih hal- hal luar maka kondisi pikiran menjadi terkondisi( karma). Pada saat pikiran terpengaruh oleh karma atau sudah berkondisi maka saat itu pikiran terdorong kesana kemari serupa dengan kelinci yang liar ( Baca: pikiran kelinci) dan memunculkan kegoyahan mental. Dengan kegoyahan pikiran dengan cepat meransang keadaan jiwa (mental) berkembang biak, maka pikiran manusia akan semakin larut didalam pikiran terasing dalam kerja atau karma.
   Maka di dalam ajaran yoga sutra patanjali memperaktekkan ajaran pengaturan kerlap- kerlip  pikiran, kapanpun pikiran berubah, menjadi tidak stabil dan melempat lempat itu merupakan pikiran yang sudah terpengaruhi dan sudah terkondisi oleh karma ( kerja), maka didalam yoga sutra patanjali kita disuruh untuk mengamati dan menyadari gerak- gerik, kerlap- kerlip pikiran kita supaya pikiran itu tidak terkondisi oleh kerja (karma).
    Demikian pula setelah pikiran terpengaruh oleh kerja maka pikiran akan membentuk karma kehendak yang akan memunculkan kesadaran serta memunculkan kehendak jasmani maupun rohani. Bila pikiran yang sudah berkondisi oleh karma menguasai diri manusia  dan membuat manusia menjadi tidak terkendali. Maka manusia itu akan tidak sadar diibaratkan jatuh dari atas pohon sampai tergeletak di atas tanah, kita hanya bisa bisa menyadari berapakah ketinggian pohon itu, berapa ranting pohon yang patah itu semua seperti halnya pikiran yang tidak terkendali maka pikiran kita akan melayang layang  dan manusia akan menyadari bahwa hal yang diluar yang selalu berubah itu kekal dan manusia akan terbelenggu oleh ketakutan dan kebodohan batin yang mendalam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar