Senin, 22 April 2013

Kenyataan di Dalam Hidup



Kenyataan di Dalam Hidup

  •      Dikisahkan, di sebuah dusun tinggallah keluarga petani yang memiliki seorang anak masih bayi. Keluarga itu memelihara seekor anjing yang dipelihara sejak masih kecil. Anjing itu pandai, setia, dan rajin membantu si petani. Dia bisa menjaga rumah bila majikannya pergi, mengusir burung-burung di sawah dan menangkap tikus yang berkeliaran di sekitar rumah mereka. Si petani dan istrinya sangat menyayangi anjing tersebut. Suatu hari, si petani harus menjual hasil panennya ke kota. Karena beban berat yang harus di bawanya, dia meminta istrinya ikut serta untuk membantu, agar secepatnya menyelesaikan penjualan dan sesegera mungkin pulang ke rumah. Si bayi di tinggal tertidur lelap di ayunan dan dipercayakan di bawah penjagaan anjing mereka. Menjelang malam setiba di dekat rumah, si anjing berlari menyongsong kedatangan majikannya dengan menyalak keras berulang- ulang, melompat-lompat dan berputar-putar, tidak seperti biasanya. Suami istri itu pun heran dan merasa tidak tenang menyaksikan ulah si anjing yang tidak biasa. Dan Betapa kagetnya mereka, setelah berhasil menenangkan anjingnya…astaga, ternyata moncong si anjing berlumuran darah segar. “Lihat pak! Moncong anjing kita berlumuran darah! Pasti telah terjadi sesuatu pada anak kita!” teriak si ibu histeris, ketakutan, dan mulai terisak menangis. “Ha…benar! Kurang ajar kau anjing! Kau apakan anakku? Pasti telah kau makan!” si petani ikut berteriak panik. Dengan penuh kemarahan, si petani spontan meraih sebuah kayu dan secepat kilat memukuli si anjing itu dan mengenai bagian kepalanya. Anjing itu terdiam sejenak. Tak lama dia menggelepar kesakitan, memekik perlahan dan dari matanya tampak tetesan airmata, sebelum kemudian ia terdiam untuk selamanya. Bergegas kedua suami istri itu pun berlari masuk ke dalam rumah. Begitu tiba di kamar, tampak anak mereka masih tertidur lelap di ayunan dengan damai. Sedangkan di bawah ayunan tergeletak bangkai seekor ular besar dengan darah berceceran bekas gigitan. Mereka pun segera sadar bahwa darah yang menempel di moncong anjing tadi adalah darah ular yang hendak memangsa anak mereka. Perasaan sesal segera mendera. Kesalahan fatal telah mereka lakukan. Emosi kemarahan yang tidak terkendali telah membunuh anjing setia yg mereka sayangi. Tentu, penyesalan mereka tidak akan membuat anjing kesayangan itu hidup kembali. Sungguh mengenaskan. Gara-gara emosi dan kemarahan yang membabi buta dari ulah manusia, seekor anjing setia yang telah membantu dan membela majikannya, harus mati secara tragis. Saya rasa demikian pula di kehidupan ini. Begitu banyak permasalahan, pertikaian, perselisihan bahkan peperangan, muncul dari emosi yang tidak terkontrol. Karena itu, saya sangat setuju dengan kata-kata: ”Jangan mengambil keputusan apapun disaat emosi sedang melanda.” Sebab, bila itu yang dilakukan, bisa fatal akibatnya. Sungguh, kita butuh belajar dan melatih diri agar disaat emosi, kita mampu mengendalikan diri secara sabar dan bijak.
  •        Alkisah, di pinggir sebuah kota, tinggal seorang seniman pematung yang sangat terkenal di seantero negeri. Hasil karyanya yang halus, indah, dan penuh penghayatan banyak menghiasi rumah-rumah bangsawan dan orang-orang kaya di negeri itu. Bahkan, di dalam istana kerajaan hingga taman umum milik pemerintah pun, dihiasi dengan patung karya si seniman itu. Suatu hari, datang seorang pemuda yang merasa berbakat memohon untuk menjadi muridnya. Karena niat dan semangat si pemuda, dia diperbolehkan belajar padanya. Bahkan, ia juga diijinkan untuk tinggal di rumah paman si pematung. Seja hari itu, mulailah dia belajar dengan tekun, mengukur ketepatan bahan adonan semen, membuat rangka, cara menggerakkan jari-jari tangan, dan mengenali setiap tekstur sesuai bentuk dan jenis benda yang akan dibuat patung, dan berbagai kemampuan mematung lainnya. Setelah belajar sekian lama, si murid merasa tidak puas. Sebab, menurutnya, hasil patungnya belum bisa menyamai keindahan patung gurunya.  Dia pun kemudian menganalisa dengan seksama, lantas memutuskan meminjam alat-alat yang biasa dipakai gurunya.
  •      Dia berpikir, rahasia kehebata sang guru pasti di alat-alat yang dipergunakan. “Guru, bolehkan saya meminjam alat-alat yang     biasa Guru pakai untuk mematung? Saya ingin mencoba membuat patung dengan memakai alat-alat yang selalu dipakai guru agar hasilnya bisa menyamai patung buatan Guru.”“Silakan pakai, kamu tahu dimana alat-alat itu berada kan? Ambil saja dan pakailah,” jawab sang guru sambil tersenyum. Selang beberapa hari, dengan wajah lesu si murid mendatangi gurunya dan berkata, “Guru, saya sudah berusaha dan berlatih dengan tekun sesuai petunjuk Guru, memakai alat alat  yang biasa dipakai Guru. Kenapa hasilnya tetap tidak sebagus patung yang Guru buat?” “Anakku, gurumu ini belajar dan berlatih membuat patung selama puluhan tahun. Mengamati obyek benda, mencermati setiap gerak dan tekstur, kemudian berusaha menuangkannya ke dalam karya seni dengan segenap hati  dan seluruh pikiran. Tidak terhitung berapa kali kegagalan yang telah dibuat, tapi tidak pernah pula berhenti mematung hingga hari ini. Bukan alat-alat bantu yang engkau pinjam itu yang kamu butuhkan untuk menjadi seorang pematung handal, tetapi jiwa seni dan semangat untuk menekuninya yang harus engkau punyai. Dengan begitu, lambat laun engkau akan terlatih dan menjadi pematung yang baik.
  • ” “Terima kasih Guru, saya berjanji akan terus berlatih, mohon Guru bersabar mengajari saya.” Untuk menciptakan sebuah maha karya, tidak cukup hanya mengandalkan talenta semata.  Kita butuh proses  belajar dan ketekunan berlatih bertahun-tahun. Bahkan, meski dibantu alat-alat secanggih apapun, hasil yang didapat sebenarnya sangat tergantung pada tangantangan terampil dan terlatih yang menggerakkannya. Demikian pula dalam kehidupan ini, jika ingin meraih prestasi yang gemilang, ada harga yang harus kita bayar! Apapun bidang yang kita geluti, apapun talenta yang kita miliki, kita membutuhkan waktu, fokus dan kesungguhan hati dalam mewujudkannya hingga tercapai kesuksesan yangmembanggakan.
  •       Pernahkah kita merenung tentang kehidupan ini? Kehidupan yang selalu berubah dan selalu tidak memuaskan kita. Apa yang manusia harapkan terkadang tidak menjadi kenyataan. Manusia dibelenggu oleh ketidakpuasan batini. Kehidupan manusia menjadi tidak bahagia. Batin manusia terkoyak oleh realita kehidupan yang tidak terbantahkan. Manusia tenggelam pada lamunan dan khayalan. Manusia berontak tatkala realita ada di hadapannya. Ada sebagian orang yang mencari sumber dari segala ketidakpuasan batin namun terkadang mereka salah melakukan tindakan hingga mereka terus terjerumus pada ketidakpuasan batin. Banyak orang berpikir dan bertanya dalam dirinya sendiri, “untuk apa saya hidup dan kemana saya harus melangkah?” Manusia berada dipersimpangan jalan dan selalu berhadapan dengan ketidak pastian.

  •      Ketenangan, kedamaian dan kebahagian yang diharapkan bisa dicapai. Sebuah kepastian yang memberikan secercah harapan bagi manusia, bak mentari pagi yang memberikan terang dan kehangatan dalam kehidupan ini. Untuk mencapai harapan itu tentunya tidak semudah membalikan telapak tangan. Semua orang harus bekerja keras dalam berjuang. Secara sepintas, apa yang disampaikan kepada lima orang pertapa sangat sulit dimengerti dan bahkan bisa disalah artikan.  Seorang tokoh yang dengan terang-terangan menyatakan bahwa kehidupan ini adalah akibat. Banyak orang yang beranggapan bahwa ajaran agama adalah ajaran yang mengajak umatnya untuk pesimis. Anggapan bahwa ajaran agama itu adalah pesimis, loyo dan hanya mengajarkan kepasrahan tentunya tidak benar. Mereka hanya sepintas dan secara membuta. Pernyataan bahwa kehidupan ini adalah akibat  tentunya bukan tanpa dasar. Pernyataan Beliau juga tidak berhenti pada pernyataan yang pertama tetapi disusul dengan pernyataan berikutnya. Bahwa kehidupan ini berasal dari sebab.
  •      Metode yang luar biasa dan sangat jitu untuk menghadapi permasalahan kehidupan yang semakin hari semakin komplek. Hanya saja banyak orang yang enggan dan merasa sulit memahami kehidupan ini. Banyak orang yang masih beranggapan bahwa hidup ini adalah untuk menikmati keduniawian. Manusia tenggelam dalam kenikmatan duniawi dan seolah-olah duniawi ini kekal. Pandangan seperti ini seharusnya dihapus karena akan semakin menjerumuskan manusia. Kehidupan yang serba cepat dan praktis sangat mempengaruhi pola pikir manusia. Manusia menginginkan yang serba cepat dan mudah. Dalam bidang spiritual pun mereka berharap sesuatu yang serba cepat dan praktis. Banyak orang yang akhirnya terjebak oleh promosi ajaran yang serba cepat dan praktis. Untuk merubah pola pikir dan mendapatkan kualitas batin tidak bisa instan. Semuanya harus dicapai dengan perjuangan. Dalam berjuang seseorang juga akan berhadapan dengan berbagai tantangan dan kesulitan. Hal inilah yang membuat manusia terkadang jenuh meniti kehidupan spiritual dan lebih memilih sesuatu yang dianggapnya bisa menyembuhkan penyakit mentalnya secara instan. Kenikmatan duniawi lebih dipilih dibandingkan kehidupan spiritual. Tidak heran jika penyakit mental kian membeldan putus asa menghadapi kehidupan ini. Hal ini terjadi karena manusia sering melupakan kebenaran dan mencari kebenaran menurut dirinya sendiri. Bukanya solusi yang didapatkan tetapi malah masalah lain  yang didapatkannya. Manusia seringkali mempermasalahkan masalah dibandingkan menyikapi masalah. Manusia tidak lagi menggunakan kebenaran dalam mengatasi permasalahan kehidupan tetapi menggunakan pembenaran. Harapan untuk hidup tenang, damai dan bahagia tidak kunjung mereka dapatkan karena ulah mereka sendiri.
  •     Ajaran suci telah menberikan  obat untuk menyembuhkan manusia dari belenggu akibat. Kita diajak untuk memahami dan  penperaktikkan Cara berpikir dalam melihat kehidupan harus lebih obyektif, bahwa segala sesuatu yang muncul karena perpaduan faktor pembentuk sewajarnya mengalami kehancuran. Untuk bisa memahami realita kehidupan ini memang tidak mudah tetapi harus berusaha memahaminya. Banyak hal yang harus dilakukan untuk bisa memahami Ajaran suci dengan penuh tekat yang bulat. Dengan belajar dan praktek Ajaran suci maka kita akan menembus kebenaran. Sebuah kepastian yang telah disampaikan oleh tuhan  hendaknya dapat dijadikan sebagai bahan untuk memotivasi dalam berjuang. Obat sudah ada tinggal kita yang harus meminumnya. Jalan sudah ditunjukkan tinggal bagaimana kita melaluinya. Rakit sudah ada dihadapan kita tinggal bagaimana kita menggunakannya. Sebuah kepastian yang seharusnya jangan disia-siakan. Jika kita terus membuang waktu maka hidup kita akan berakhir sia-sia tanpa sebuah kepastian 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar